Pengikut

Jumat, 26 Juni 2015

Gambaran kejadian seksio saesar pada primipara

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Menurut  WHO  tahun  2011  dilaporkan  angka  kejadian  seksio  sesarea  meningkat  5  kali  dibandingkan  tahun-tahun  sebelumnya.  standar  rata-rata  sectio caesarea  disebuah  negara  adalah  sekitar  5-15%  per  1000  kelahiran  di  dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di  rumah sakit swasta bisa lebih dari  30%  (Gibbons,  2010).  Jumlah  tindakan  sectio  caesarea  di  Inggris  sekitar 29.1%  per  1000  kelahiran  pada  tahun  2010.  Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara berkembang melonjak pesat setiap tahunnya.( http://www.google.co.id.sesarea) di akses pada tanggal 21 juni 2015.
            Insidensi dan mortalitas  sectio caesareadi seluruh dunia meningkat selama 5 tahun ini. Di Amerika Serikat setiap 10 wanita melahirkan setiap tahunnya pernah menjalani  sectio  caesarea.  Di  Asia  Tenggara  jumlah  yang  melakukan  tindakan sectio caesarea  sebanyak 9550 kasus per 100.000 kasus pada tahun 2005 (NCBI, 2005).
            Angka  kejadian  sectio  caesarea  di  Indonesia  menurut  data  survei  nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh  persalinan  (Rasjidi,  2009).  Di  RSU  Ahmad  Yani  Metro  Jakarta menunjukkan  peníngkatan  dari  112  (17,41%)  tindakan  per  643  persalinan  pada tahun 2007 menjadi 115 (18,06%) tindakan per 636 persalìnan pada tahun 2008.
            Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu tahun 2011 sebanyak 121 orang dengan penyebab terbanyak yaitu 63 orang ( 52,7 %), Hipertensi dalam kehamilan 28 orang ( 23,14 % ), Infeksi 1 orang ( 0,83 ), Abortus 1 orang ( 0,83 % ), Partus lama 1 orang ( 0,83 ), dan penyebab lain 26 orang ( 21,48 % ). ( Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan ).
            Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan Caesarea professional yang pertama di lakukan di Amerikat serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio caesarea jarang di kerjakan dan biasanya fatal. Dan di London dan Endinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan caesarea terdapat 33 ke matian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea di Amerika Serikat. Angka mortalitasnya 52 persen yang terutama di sebabkan oleh infeksi dan pendarahan(Harry Oxorn & William R. Forte,2010).
Angka Sectio Caesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga persen 15 tahun yang lampau sampai insidensi 10 hingga 15 persen sekarang ini. Jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatic vagina menjadi berkurang. Di samping itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intilektual pada bayi yang telah memperluas indikasi section caesarea.Secara garis besar indikasi Seksio Caesarea dapat di klasifikasikan dalam:Panggul sempit dan dystocia mekanis; Disproporsi Fetopelvik, panggul sempit atau janin terlampau besar, malposisi dan malpresentasi, disfungsi uterus, distcia jaringan lunak, neoplasma dan persalinan yang tidak maju.Pembedahan sebelumnya pada uterus; Seksio caesarea, histerotomi, miomektomi ekstensif dan jahitan luka: pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikan ostium cervicis yang inkompeten dikerjakan seksio caesarea.Pendarahan yang di sebabkan plasenta previa atau abruption plasenta(Harry Oxorn & William R. Forte,2010).
Data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014 sampai 2015 (July – Februari 2015) ibu yang seksio caesarea pada primipara sebanyak 93 orang, dari jumlah 226 orang ibu yang seksio caesarea.
Berdasarkan angka kejadian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Kejadian seksio cesaria di RSUD Syekh Yusuf Gowa 2015
B.     Rumusan dan Batasan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kejadian seksio caesarea  berdasarkan umur, dan penyulit persalinan.
C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian seksio caesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2015
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui gambaran kejadian seksio cesare berdasarkan umur ibu di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun  2015
b.    Untuk mengetahui gambaran kejadian seksio cesaria berdasarkan penyulit persalinan di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2015
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Ilmiah
Untuk mementapkan kemampuan bidan dalam penerapan manajemen kebidanan khususnya penerapan manajemen kebidanan khususnya pertolongan persalinan dengan seksio cesarea.

2.      Manfaat Program
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2015 khususnya yang berkaitan dengan seksio cesarea.
3.      Manfaat institusi
Sebagai bahan acuan atau bahan bacaan bagi mahasiswa Program D III Kebidanan AKbid Syekh Yusuf Gowa untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
4.      Manfaat Praktis
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D III Kebidanan Akbid Syekh Yusuf Gowa.
 
                                                            BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar variabel. (Ayu Putri Ariani, 2014).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan akan dilakukan bulan Junijuly 2015.
C. Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal, dan yang membentuk masalah pokok dalam satu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang melahirkan dengan seksio cesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015 mulai bulan July sampai Februari sebanyak  93 orang.
2.     Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang jenis dan jumlahnya dipilih dengan cara tertentu, sehingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel dalam hal ini adalah semua ibu melahirkan dengan seksio cesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015 mulai bulan July sampai Februari sebanyak 93 orang.
a.    Tekhnik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu semua ibu yang melahirkan dengan seksio caesarea pada periode July sampai Februari sebanyak 93 orang. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
1.    Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang akan diteliti. (Denim, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a)    Pasien yang melahirkan di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015
b)    Pasien yang mengalami seksio caesarea dan memiliki rekam medik lengkap.


D.    Cara pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik di RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan cara melakukan pengisian pada daftar isian (Cheklist) yang telah dipersiapkan sebelumnya berdasarkan variable yang diteliti dengan menggunakan format pengumpulan data.
E.     Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data
1.    Pengolahan data yang dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator dan ditampilkan dengan menggunakan tabel distribusi disertai penjelasan.
2.   
P =  x 100 %
Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi, seperti :

Keterangan :
P = Presentasi
f = Frekuensi variable
n = Jumlah sampel
F.      Penyajian Data
Data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi disertai penjelasan. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Editing (penyuntingan data)
Memeriksa kembali kebenaran pengisian dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan.
b.    Coding (membuat lembaran kode)
Pemberian kode atau cheklist pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kategori atau variable.
c.    Scoring
Mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing- masing pertanyaan.
d.    Tabulating
Pengolahan dan penyajian data dalam bentuk tabel deskiptif sederhana. Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.(Ayu Putri Ariani, 2014).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DAN TIORI
1. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, diikuti  dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:
1)      Persalinan Spontan
Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
2)      Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau di lakukan operasi seksio caesarea.
3)      Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak di mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.


b. Tanda Tanda Persalinan
1)    His Persalinan
      Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a)      Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan.
b)      Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
c)      Kalau di bawah berjalan bertambah kuat.
d)      Mempunyai pengaruh terhadap pendataran dan pembukaan servix.
2)    Bloody show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capiler darah terputus.
3)    Premature rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.



c. Permulaan Terjadinya Persalinan
               Mulainya persalinan terjadi lebih kurang pada umur kehamilan 40 minggu tidak di ketahui dengan pasti. Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan fenomena ini:
1)      Diduga persalian mulai apabila uterus telah teregang sampai pada derajat tertentu.
2)      Tekanan bagian terendah janin pada serviks dan segmen bawah rahim, demikian pula pada plexus nervosus di sekitar serviks dan vagina, merangsang permulaan persalinan.
3)      Siklus menstruasi berulang setiap 4 minggu, dan persalinan biasanya mulai pada akhir minggu ke-40 atau 10 siklus menstruasi.
4)      Pada saat kehamilan mencapai cukup bulan, setiap factor emosional dan fisik dapat memulai persalinan.
5)      Beberapa orang percaya bahwa ada hormone khusus yang dihasilkan oleh plasenta apabila kehamilan sudah cukup bulan yang bertanggung jawab atas mulainnya persalinan.
6)      Bertambah tuanya plasenta yang mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesterone dalam darah diduga menyebabkan dimulainnya persalinan.



d. Gambaran Perjalanan Persalinan Secara Klinis
  Gambaran persalinan secara klinis dapat dikemukakan sebagai berikut: (Oxorn, dkk, 2010).
1)      Tanda persalinan sudah dekat
a)      Terjadi lightening
b)      Terjadi his permulaan
2)      Tanda persalinan
a)      Terjadi his persalinan
b)      Terjadi pengeluaran pembawa tanda
c)      Terjadi pengeluaran cairan
3)      Pembagian waktu persalinan.
a)      Kala I  :Dari mulainya kontraksi sampai pembukaan            lengkap 10 cm.
b)      Kala II       :Dari pembukaan lengkap sampai  lahirnya bayi.
c)      Kala III      :Dari lahirnya bayi sampai   lahirnya plasenta
d)      KalaIV      :Dari keluarnya plasenta sampai keadaan ibu      postpartum menjadi stabil.
e.    Mekanisme Persalinan Normal
1)   Ada tiga faktor yang memegang peranan pada persalinan
 yaitu:
a)    Kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan.
b)    Keadaan jalan lahir
c)    Janinnya sendiri
2)     Mekanisme Persalinan Normal
a)      Masuknya kepala melintasi PAP dapat dalam keadaaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul,  dan dapat pula dalam keadaan asinklitismus, ialah arah sumbu kpala janin miring dengan bidang pintu atas panggul.
b)      Kepala memasuki ruang panggul secara fleksi dengan ukuran yang paling kecil, yaitu dengan diameter suboksipitobregmatikus (9.5 sm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm). sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c)      Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut putaran paksi dalam. Sesudah kepala janin sampai di dalam hal melngadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke adarh depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis.
d)      Dengan subociput sebagai hipomoklion, kepala melakukan gerakan defleksi untuk dapat dilahir. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin lebih tampak. Perineum menjadi lebih lebar dan tipis, anus membuka dinding rectum.
e)      Dengan kekuatan his dan bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu
f)       Segera setelah kepala lahir kepala segera melakukan rotasi yang disebut putaran paksi luar.
g)         Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Badan bayi lahir secara keseluruhan).
2. Tinjauan Umum Tentang Seksio Caesarea
a.  Sejarah Seksio Caesarea
Operasi seksio caesarea yang dikenal dalam obstetri modern, mempunyai perjalanan sejarah yang panjang dan menarik. Seksio caesarea, sering dihubungkan dengan nama Julius Caesar, yang diperkirakan lahir dengan jalan operasi.
Pada saat permulaan operasi seksio caesarea, luka operasinya tidak dijahit sehingga mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh pendarahan dan infeksi. Pada tahun 1869 Dr. Lebas melakukan jahitan pada waktu melakukan seksio caesarea, untuk mengurangi kematian karena pendarahan dan infeksi. Tindakan tersebut mendapat tantangan karena tidak dianggap lazim.
Untuk menghindari kematian karena infeksi, Porro (1876) dari italia melakukan seksio sesarea dan ikuti dengan histerektomi, menempatkan serviks di luka insisi abdomen bagian depan, sehingga mengurangi pendarahan. Gangguan Porro samapai saat ini masih dipergunakan meskipun dengan indikasi terbatas, untuk menghindari infeksi sepsis.
Dalam waktu yang hampir persamaan Kehrer (1881) dan Sanger (1882) melakukan seksio caesarea dengan insisi membujur pada dinding rahim. Sekalipun Kehrer telah melakukan operasi terlebih dahulu, tetapi teknik operasi dengan insisi membujur dikenal dengan nama metode klasik menurut Sanger. Lebih lanjut Kehrer melakukan modifikasi insisi di bagian bawah, sehingga Kehrer di anggap sebagai Father of lower segment operation. Di samping itu Kroning melakukan modifikasi insisi segmen bawah rahim, dengan insisi membujur keatas, tetapi tidak banyak yang mengikutinya.
Untuk menghindari infeksi meluas kedalam kavum abdominalis dilakukan seksio caesarea ekstraperitoneal. Teknik operasi membuka dinding abdomen, selanjutnya menyisihkan vesika urinaria, sehingga terbukalah sebagian dinding rahim, sebagai tempat insisi untuk dapat mengeluarkan janin. Apabila terjadi robekan peritoneum, segera dijahit kembali, sehingga mengurangi kontaminasi bakteri dan infeksi peritonitis. Untuk melakukan seksio caesarea ekstraperitoneneal dikenal metode water, yaitu dengan menyisihkan vesika urinaria  kebawah menuju belakang simfisis. Metode Latzco, menyisihkan vesika urinaria kesamping untuk mendapatkan ruang nginap yang cukup luas sehingga insisi segmen bawah rahim dapat dilakukan, kini operasi seksio caesarea ekstraperitoneal tidak banyak dilakukan lagi.
Operasi seksio caesarea semakin diterima di masyarakat sebagai salah satu upaya meningkatkan sumber daya manusia sejak awal kelahirannya. Penerimaan seksio caesarea didukung oleh semakin meningkatnya pengetahuan tentang antibiotika, keseimbangan pemberian cairan, masalah transfuse darah, perkembangan kemampuan untuk memberikan narkose, sehingga angka kesakitan dan kematian seksio caesarea dapat ditekan. Dengan pertimbangan sosial dan utnuk kehormonisan keluarga di masa-masa yang akan datang, besar kemungkinan terdapat permintaan persalinan dengan seksio caesarea. Untuk ikut serta menjaga kehormonisan keluarga dan harapan kelangsungan hidup wanita dalam menghadapi proses klimakterium dan menopause alami, dianjurkan mempergunakan teknik kontap vasektomi tuba Ma, sehingga gangguan ketidakseimbangan hormonal tidak akan terjadi.
Demikianlah seksio caesarea akhirnya menjadi metode pertolongan persalinan yang paling konservatif oleh karena mempunyai tingkat morbilitas dan mortalitas yang rendah.
 b.  Pengertian Seksio Caesarea
            Istilah seksio caesarea berasal dari perkataan Latin “caedere” yang artinya “memotong”. Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar,1998).  
Seksio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500.
Persalinan Seksio Caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1.000 gram atau umur kehamilan > 28 minggu.
Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat isis pada dinding abdomen dan uterus. Pembedahan Caesarea professional yang pertama di lakukan di Amerikat Serikat pada tahun 1827. Sebelum tahun 1800 sectio caesarea jarang di kerjakan dan biasanya fatal. Dan di London dan Endinburgh pada tahun 1877, dari 35 pembedahan caesarea terdapat 33 ke matian ibu. Menjelang tahun 1877 sudah dilaksanakan 71 kali pembedahan caesarea di Amerika Serikat. Angka mortalitasnya 52 persen yang terutama di sebabkan oleh infeksi dan pendarahan(Harry Oxorn & William R. Forte,2010).
c.  Jenis Seksio Caesarea
Ada beberapa jenis seksio caesarea yang dikenal yaitu:
a. Seksio sesarea transperitonealis
                  1) Seksio caesarea klasik
Pembedahan ini dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungan tindakan ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Kerugian yang dapat muncul adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal dan lebih sering terjadi ruptura uteri spontan pada persalinan berikutnya.
2)    Seksio caesarea Profunda
Dikenal juga dengan sebutan low cervical yaitu sayatan pada segmen bawah rahim. Keuntungannya adalah penjahitan luka lebih mudah, kemungkinan ruptura uteri spontan lebih kecil dibandingkan dengan seksio sesarea dengan cara klasik, sedangkan kekurangannya yaitu perdarahan yang banyak dan keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
3)    Seksio caesarea ekstraperitonealis
yaitu seksio sesarea berulang pada seorang pasien yang pernah melakukan seksio sesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan di atas bekas luka yang lama.9 Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan fasia abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum. Pada saat ini pembedahan ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.
d.    Indikasi Tindakan Seksio Caesarea
1)  Indikasi Medis
 Melahirkan dengan cara seksio sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Artinya, janin atau ibu dalam keadaan gawat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan seksio sesarea, dengan tujuan untuk memperkecil terjadinya risiko yang membahayakan jiwa ibu dan bayinya.
a)    Faktor Ibu
a.   Plasenta previa
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea tanpa menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya (Arif  M, 2007, hal 372).
b.    Panggul sempit
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar karena meskipun menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis adalah conjugata vera = 8 cm. panggul dengan conjugata vera = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin dengan normal dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea (Manuaba, hal 118).  
c    Disproporsi sefalopelvik
Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted pelvis)  fetus yang tumbuhnya terlampau besar,atau adanya ketidak seimbangan relatif antara ukuran bayi dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul, kemampuan berdilatasi pada cervix, dan efektifan kontraksi uterus.  (William R, 2010, hal 635).
d    Partus lama
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. dapat menyebabkan atonia uteri, laserasi, perdarahan,infeksi, gawat janin dan kematian perinatal maka dari itu perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penangannya (William R, 2010, hal 616).   
e   Pre-eklampsia dan eklampsia (PE/E)
Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari post partum bukan karena epilepsi.
f    Distosia serviks
Pada distosia serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan secara seksama di rumah sakit. Sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (William R, 2010, hal 466).

g. Plasenta previa
merupakan inplantasi plasenta yang dapat menimbulkan perdarahan yang mengancam hidup kedua belah pihak (ibu dan bayi). Darah retroplasenter, merupakan darah sirkulasi janin, namun tidak langsung ikut serta membahayakan hidup ibunya. Oleh karena itu setiap perdarahan yang terjadi pada kehamilan harus mendapat perhatian khusus (Manuaba,2010).
h Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)
b)    Faktor Janin
a.    Bayi terlalu besar
     Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan karena ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus), yang biasanya disebut bayi besar objektif. Bayi terlalu besar mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya komplikasi persalinan.



b. Kelainan Letak Bayi
                              i.    Letak Sungsang
Saat ini lebih banyak bayi letak sungsang yang lahir dengan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi. Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan. Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah.
                        ii.    Letak Lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan) yaitu kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi membutuhkan pertolongan seksio sesarea.
             c.  Ancaman Gawat Janin (Fetal distress)
                                    Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi. Apalagi ditunjang kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Bila ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim, mengakibatkan gangguan pada ari-ari dan tali pusat sehingga aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.
d.  Bayi Kembar
            Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan kembar dapat memberi risiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi. Oleh karena itu dalam menghadapi kehamilan kembar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Namun jika ibu mengandung 3 janin atau lebih maka sebaiknya menjalani seksio sesarea. Hal ini akan menjamin bayi-bayi tersebut dilahirkan dalam kondisi sebaik mungkin dengan trauma minimum.
e.  Faktor Plasenta
i. Plasenta Previa
 Plasenta yang ada di depan jalan lahir. (prae=di depan; vias = jalan). Jadi yang dimaksud dengan plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim di daerah fundus uteri.
Plasenta previa dibagi 3, yaitu plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis dan plasenta previa marginalis. Plasenta previa menyebabkan bagian terdepan janin sering sekali sulit untuk memasuki pintu atas panggul, oleh karena itu dilakukan seksio sesarea. Seksio sesarea pada plasenta previa selain untuk mengurangi kematian bayi, juga terutama dilakukan untuk kepentingan ibu, maka seksio sesarea juga dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.
ii. Solusio  Plasenta
                                     Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang terlepas dari dinding rahim baik sebagian maupun seluruhnya dari tempatnya berimplantasi sebelum anak lahir. Solusio plasenta bisa terjadi setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu, kebanyakan terjadi dalam trimester ketiga. Pelepasan plasenta biasanya ditandai dengan perdarahan yang bisa keluar dari vagina, tetapi bisa juga tersembunyi dalam rahim, yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Persalinan dengan seksio sesarea biasanya dilakukan untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban dan menghentikan perdarahan yang mengancam nyawa ibu.
2)    Indikasi Sosial
            Selain indikasi medis terdapat indikasi sosial untuk melakukan seksio sesarea. Menurut penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika Serikat, pada tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah persalinan seksio sesarea, yang secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya tidak ada kedaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. indikasi sosial timbul oleh karena permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan dalam persalinan normal. Hal ini didukung oleh adanya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
                        Persalinan yang dilakukan dengan seksio sesarea sering dikaitkan dengan masalah kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik.
                        Adanya ketakutan ibu-ibu akan kerusakan jalan lahir (vagina) sebagai akibat dari persalinan normal, menjadi alasan ibu memilih bersalin dengan cara seksio sesarea. Padahal penelitian membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar karena penyembuhan luka di daerah vagina hampir sempurna. Pendapat lain yaitu, bayi yang dilahirkan dengan seksio sesarea menjadi lebih pandai karena kepalanya tidak terjepit di jalan lahir. Padahal sebenarnya tidak ada perbedaan antara kecerdasan bayi yang dilahirkan dengan cara seksio sesarea ataupun pervaginam.
                        Di sisi lain, persalinan dengan seksio sesarea dipilih oleh ibu bersalin karena tidak mau mengalami rasa sakit dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit pada persalinan normal.
e.    Kontraindikasi Seksio Caesarea
Untuk dilakukan section caesarea ada tiga, yakni kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil, tidak ada alasan untuk dilakukan operasi berbahaya yang diperlukan, kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan tidak tersedia fasilitas untuk caesarea extraperitoneal, serta dokter bedah tidak berpengalaman, kalau keadaannya tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai( Harry Oxorn & William R. Forte,2010).
f.     Tipe Tipe Seksio Caesarea
1.        Segmen Bawah:Insisi Melintang
Insisi melintang segmen bawah rahim merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan uterus disingkapkan. Lipatan vesicouterina periteoneum (bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didorong ke bawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil, luka insisi ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti di dekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.
Kepala janin yang pada sebagian besar kasur terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung satu lapis atau dua lapis. Lipatan vesicouterina kemudian dijahit kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum generalisata.
2.        Segmen Bawah:  Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapnya uterus sama seperti pada insisi melintang. Insisi membujur di buat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
Insis membujur mempunyai keuntungan, yaitu kalau perlu luka insisi bias diperlebar keatas. Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar yang menyatu .
Salah satu kerugian utamanya adalah pendarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotongnya otot juga sering luka insisi tanpa di kehendaki meluas ke segmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang 
3.        Histerektomi Saecarea
Pembedahan ini merupakan seksio caesarea yang di lanjutkan dengan pengeluaran uterus. Histerektomi harus di kerjakan lengkap , akan tetapi karena pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat. Maka pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasiennya syock, pada kasus tersebut tujaun pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
                     Indikasi
a)      Pendarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal
b)      Pendarahan yang tidak dapat dikendalikan
c)      Plasenta akreta
d)      Fibromyoma yang multiple dan luas
e)      Kanker serviks atau ovarium
f)       Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki

Komplikasi
a)      Angka morbiditasnya 20 persen
b)      Darah lebih banyak hilang
c)      Kerusakan pada traktus urinarius dan usus yang termasuk pembentukan fistula
d)      Trauma psikologis akinat hilangnya rahim
g.    Komplikasi Tindakan Seksio Caesarea
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea adalah sebagai berikut:
1)  Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:
a.  Ringan  : dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
b.  Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan sedikit kembung.
c.  Berat      : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2)  Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik
di kaki dan rongga panggul.
3)  Luka Kandung Kemih
Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan infeksi.
     h. Mortalitas Dan Morbiditas Sesudah Seksio Caesarea
1) Mortalitas Maternal
 Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di Negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10,000 seksio caesarea. Pada banyak klinik, angka ini jauh lebih rendah sampai di bawah 10:10,000. Namum demikian, Evrard dan Gold mendapatkan resiko kematian ibu yang menyertai seksio caesarea adalah 26 kali lebih besar daripada  kelahiran pervaginam. Mereka mencatat meningkatan resiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio caesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu.
Faktor factor yang menambah risiko mencakup:
a)        Umur di atas 30 tahun
b)        Grandemultiparitas
c)        Obesitas, Berat badan melebihi 200 pound
d)        Partus lama
e)        Ketuban pecah dini
f)         Status social ekonomi yang rendah
Beberapa penyebab kematian ibu antara lain Pendarahan, Infeksi, Anesthesia, Emboli paru-paru, Kegagalan ginjal akibat hipertensi yang lama, Obstruksi intestinal dan ileus paralitik, Decompensatio cordis, Toxemia gravidarum, Ruftur jaringan cicatrix uterus, sebab sebab lain yang tidak ada hubungannya dengan operasi, misalnya kanker.
Hal-hal yang menurunkan angka mortalitas:
a)        Transfusi darah yang memadai
b)        Penggunaan obat-obat anti infeksi
c)        Metode pembedahan yang semakin baik
d)        Teknik-teknik  yang semakin baik dan adanya dokter ahli aneshesiologi tang terlatih secara khusus
e)        Kenyataan bahwa pasien-pasien penyakit jantung lebih baik melahirkan pervaginam dari pada dengan seksio caesarea
f)         Terapi dasar toxemia gravidarum tidak dengan cara pembedahan tetapi dengan cara pengobatan medis.
a.    Morbiditas Maternal
Morbiditas maternal diartikan sebagai suhu 38ºc (100.4ºF) atau lebih yang terjadi dalam 2 hari dari 10 hari pertama post partum, di luar 24 jam pertama. Morbiditas maternal lebih sering terjadi stelah seksio caesarea daripada setelah kelahiran normal; insidensinya antara 15 dan 20 persen. Obat-obat anti infeksi, transfuse darah, teknik pembedahan yang lebih baik , penggunaan operasi segmen bawah dan semakin baiknya teknik anesthesia semuanya turut menurunkan morbiditas maternal pasca-caesarea.
            Hampir separuh dari pasien-pasien yang menjalani seksio caesarea mengalami komplikasi operatif atau postoperatif yang sebagian di antaranya bersifat serius dan bias membawa kematian. Kita harus mengakui bahwa section caesarea merupakan operasi besar dengan disertai risikonya. Morbiditas yang standar bagi sectio caesarea adalah sekitar 20 persen.  
Komplikasi yang serius
1.      Pendarahan antara lain: atonia uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan  plasenta, hematoma ligamentum latum.
2.      Infeksi antara lain: traktus genetalia, Insisi, traktus urinaria, paru-paru dan traktus respiratorius atas.
3.      Thrombophlebitis
4.      Cedera, dengan atau tanpa fistula antara lain: traktus urinaria, usus.
5.      Obstruksi usus antara lain: mekanis dan peralitik.
                


Pencegahan Infeksi
Beberapa laporan mengutarakan bahwa insidensi infeksi dapat dikurangi dengan penggunaan antibiotika sebagai tindakan frofilaktik. Salah satu cara pemberiannya adalah sebagai berikut:
1.        Dosis initial 2 g cephalothin diberikan dalam bentuk cairan infuse selama 15 menit; pemberian infuse intravena ini dilakukan 15 hingga 30 menit sebelum seksio caesarea.
2.        Pemberian takaran ini dilanjutkan dengan takaran 1 g intravena setiap 6 jam selama 36 jam.
3.        Kemudian pasien diberi Keflex per oral, 500 mg setiap 6 jam sampai hari pascabedah ke-5
Kekhawatiran bahwa pemakaian antibiotika secara sembarangan untuk profilaktif dapat membahayakan jiwa janin dan ibunya telah menimbulkan saran agar penggunaan antibiotika profilaktif ini dibatasi pada pasien-pasien yang menghadapi risiko tinggi untuk morbiditas pascabedah.
C. Tinjauan umum tentang variabel yang diteliti
   1)    Umur ibu
Umur adalah lama waktu seseorang hidup menurut Kamus Bahasa Indonesia. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa umur aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20–30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada umur dibawah 20 tahun ternyata 2–5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada umur 20–29 tahun. Dan kematian maternal meningkat kembali sesudah umur 30–34 tahun .
Umur ibu yang terlalu muda secara biologis perkembangan alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal sehingga berisiko sebesar satu sampai dua kali dibanding yang berumur optimum bereproduksi antara 20–35 tahun atau umur yang terlalu tua juga berisiko sama  (Anggreni, online,  diakses 19 maret 2015).
Pada dasarnya umur dapat dipengaruhi proses persalinan sehingga dapat dikatakan bahwa pada usia muda dan tua tidak dianjurkan melahirkan dimana usia tersebut dengan alasan menghindari terjadinya komplikasi dimana pada usia < 20 organ – organ reproduksinya wanita belum sempurna secara keseluruhan serta perkembangan kejiwaannya belum matang.
Pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah antara 20 – 30 tahun, sedangkan kehamilan diatas 35 tahun memiliki  resiko tinggi terutama apabila terdapat kelainan bawaan pada ibu dan umur diatas 40 tahun harus di pertimbangkan kehamilannya untuk menghindari terjadinya komplikasi  lebih berisiko misalnya penyakit  hipertensi, DM, dan eklamsi. Sehingga dalam penanganan persalinannya hanya dapat dilakukan dengan cara seksio sesarea.


2)  Penyulit Persalinan
     a   Indikasi ibu
1)    Plasenta previa
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea tanpa menghiraukan faktor–faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak dan berulang merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya (Arif  M, 2007, hal 372).
2)    Panggul sempit
Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar karena meskipun menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis adalah conjugata vera = 8 cm. panggul dengan conjugata vera = 8 cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin dengan normal dan harus diselesaikan dengan seksio sesarea (Manuaba, hal 118).  
3)    Disproporsi sefalopelvik
Disproporsi fetopelvik mencakup panggul sempit (contracted pelvis)  fetus yang tumbuhnya terlampau besar,atau adanya ketidak seimbangan relatif antara ukuran bayi dan ukuran pelvis yang ikut menimbulkan masalah disproporsi adalah bentuk pelvis, presentasi fetus serta kemampuannya untuk moulage dan masuk panggul, kemampuan berdilatasi pada cervix, dan efektifan kontraksi uterus.  (William R, 2010, hal 635).
5)    Partus lama
Persalinan yang berlangsung lebih lama dari 24 jam di golongkan sebagai persalinan lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. dapat menyebabkan atonia uteri, laserasi, perdarahan,infeksi, gawat janin dan kematian perinatal maka dari itu perlu segera dilakukan seksio sesarea untuk penangannya (William R, 2010, hal 616).   
6)    Pre-eklampsia dan eklampsia (PE/E)
Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu ditandai dengan hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema. Eklampsia adalah pre-eklampsia disertai dengan gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil, waktu partus atau dalam 7 hari post partum bukan karena epilepsi.
7)    Distosia serviks
Pada distosia serviks primer penanganannya adalah pengawasan persalinan secara seksama di rumah sakit. Sedangkan pada distosia serviks sekunder penangannya harus segera dilakukan seksio sesarea sebelum jaringan parut serviks yang dapat menjalar ke atas sampai segmen bawah uterus (William R, 2010, hal 466).
8) Plasenta previa
merupakan inplantasi plasenta yang dapat menimbulkan perdarahan yang mengancam hidup kedua belah pihak (ibu dan bayi). Darah retroplasenter, merupakan darah sirkulasi janin, namun tidak langsung ikut serta membahayakan hidup ibunya. Oleh karena itu setiap perdarahan yang terjadi pada kehamilan harus mendapat perhatian khusus (Manuaba,2010).
9) Ketuban pecah dini
                       adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). ( Taufan Nugroho, 2010)
        b.    Indikasi janin
1)    Gawat janin
            Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin menumbung. pada kehamilan dan persalinan kala I yang dapat menyebabkan gawat janin harus segera dilakukan seksio sesarea . 

2)    Malpresentasi janin
a)    Letak lintang (William R, 2010, hal 237)
Greenhill dan Eastman berpendapat bahwa:
(1)  Bila ada kesempitan panggul maka seksio sesarea Sadalah cara terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
(2)  Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
(3)  Pada multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara–cara lain.     
b)    Letak sungsang
Seksio sesarea dianjurkan pada letak sungsang apabila ada indikasi panggul sempit, janin besar, primigravida, dan anak mahal dengan komplikasi pertolongan persalinan letak sungsang melalui jalan vaginal sebagian besar  pertolongan persalinan di lakukan dengan seksio sesarea. (Manuaba, 2010, hal 503).
c)    Presentasi dahi
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak dapat lahir spontan pervaginam sehingga harus dilahirkan secara seksio sesarea .

d)    Presentasi muka
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea pada presentasi muka adalah mento posterior persistens, kesempitan panggul, dan kesulitan turunnya kepala dalam rongga panggul (Arif  M, 2007, hal 305).
e)    Gemelli
Seksio sesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama pada letak lintang, plasenta previa, prolapsus funikuli, dan interlocking yaitu janin pertama dalam letak sungsang dan janin kedua dalam presentasi kepala (Arif  M, 2007, hal, 309).
3)  Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam mengantisipasi setiap masalah yang dapat mengancam kesejahteraan keluarga .









B.   Kerangka konsep
1.  Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Seksio sesarea merupakan jalan terakhir untuk mengakhiri kehamilan patologi sehingga tercapai “well born baby dan well health mother”. Tingginya angka kejadian seksio sesaraea dapat dipengaruhi oleh faktor resiko seperti umur ibu dan paritas.
Umur menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah lama seseorang hidup. Umur ibu yang terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35 tahun) memegang peranan penting dalam proses kehamilan, persalinan, dan nifas. Perkembangan alat reproduksi umur ibu yang terlalu muda belum matang sedangkan umur ibu yang terlalu tua alat–alat reproduksinya mengalami proses degenerasi atau kemunduran sehingga dapat mempersulit proses kehamilan, persalinan, dan nifas (Sugono D,  2007, hal 248)
            Penyulit Persalinan adalah keadaan yang mengancam jiwa ibu atau janin karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan.






2.    Bagan Kerangka Penelitian
Gambar 2.1
Gambaran Yang Mempengaruhi Kejadian Seksio Caesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa 2015
Keterangan :
                              :  Variabel yang diteliti
                              :  Variabel yang tidak diteliti
:  Variabel Dependent
:  Variabel Independen




C.   Definisi Operasional
Tabel 2.2
Definisi Operasional
No
Nama Variabel
Definisi Operasional
Instrument
Cara Ukur
Hasil
Skala

1
Seksio Caesarea
Suatu tindakan pembedahan pada perut ibu untuk membantu kelahiran bayi
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
1.Dilakukan Seksio Caesarea
2. Tidak dilakukan Seksio Caesarea
Ordinal

2
Umur ibu
Umur ibu yang tercatat saat masuk rumah sakit untuk mendapat pelayanan
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
1.Resiko tinggi : < 20- >35 thn
2.Resiko rendah : 20-35 thn

Ordinal

3
Partus Lama
Keadaan dari suatu
persalinan yang
mengalami
kemacetan dan
berlangsung lama
sehingga timbul
komplikasi ibu
maupun janin
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0. ya Partus lama
1.Tidak partus lama
Ordinal

4
KPD
pecahnya selaput ketuban sebelum permulaan persalinan tanpa memandang umur kehamilan preterm atau aterm yang dialami oleh ibu
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0. ya
1. Tidak
Ordinal

5
Plasenta Previa
letaknya pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
1)                0. Ya
                      1. Tidak


Ordinal

6
KJDR
kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan



Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0.    Ya
1.    Tidak
Ordinal

7
Preeklasia
penyakit dengan tanda–tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0.    Ya
1.    Tidak
Ordinal

8
CPD/Panggul sempit
Ketidaksesuaian antara janin dan ukuran jalan lahir, baik karena janin besar atau panggul sempit
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
-       0. Ya
    1. Tidak

1
Ordinal

9
Gemmeli
Kehamilan dengan jumlah janin lebih dari satu
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0. ya
1. Tidak
Ordinal

10
PER
Timbulnya dua dari tiga tria hipertensi, edema dan proteinuria pada kehamilan 20 minggu atau lebih
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0.    Ya
1.    Tidak
Ordinal

11
Gawat Janin
Suatu keadaan yang menunjukkan adanya bahaya yang dapat  mengancam kesalamatan bayi
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0.    Ya
1.    Tidak
Ordinal

12
Serotinus
Umur kehamilan yang berkisar 42 sampai 44 minggu
Ceklist
Penulusuran informasi rekam medis
0.    Ya
1.    Tidak
Ordinal



 
                                                            BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa mencari hubungan antar variabel. (Ayu Putri Ariani, 2014).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2.    Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan akan dilakukan bulan Junijuly 2015.
C. Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal, dan yang membentuk masalah pokok dalam satu riset khusus. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang melahirkan dengan seksio cesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015 mulai bulan July sampai Februari sebanyak  93 orang.
2.     Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang jenis dan jumlahnya dipilih dengan cara tertentu, sehingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel dalam hal ini adalah semua ibu melahirkan dengan seksio cesarea di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015 mulai bulan July sampai Februari sebanyak 93 orang.
a.    Tekhnik pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu semua ibu yang melahirkan dengan seksio caesarea pada periode July sampai Februari sebanyak 93 orang. Dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
1.    Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang akan diteliti. (Denim, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a)    Pasien yang melahirkan di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2014-2015
b)    Pasien yang mengalami seksio caesarea dan memiliki rekam medik lengkap.


D.    Cara pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik di RSUD Syekh Yusuf Gowa dengan cara melakukan pengisian pada daftar isian (Cheklist) yang telah dipersiapkan sebelumnya berdasarkan variable yang diteliti dengan menggunakan format pengumpulan data.
E.     Tekhnik Pengolahan dan Analisa Data
1.    Pengolahan data yang dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator dan ditampilkan dengan menggunakan tabel distribusi disertai penjelasan.
2.   
P =  x 100 %
Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi, seperti :

Keterangan :
P = Presentasi
f = Frekuensi variable
n = Jumlah sampel
F.      Penyajian Data
Data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi disertai penjelasan. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Editing (penyuntingan data)
Memeriksa kembali kebenaran pengisian dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data dikelompokkan dengan menggunakan aspek pengaturan.
b.    Coding (membuat lembaran kode)
Pemberian kode atau cheklist pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kategori atau variable.
c.    Scoring
Mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing- masing pertanyaan.
d.    Tabulating
Pengolahan dan penyajian data dalam bentuk tabel deskiptif sederhana. Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.(Ayu Putri Ariani, 2014).

1 komentar:

  1. How to watch football matches on youtube. - VICTORY
    How youtube mp3 to watch football matches on youtube. Learn how to watch football matches on youtube. Watch live football games online in virtual reality.

    BalasHapus